Bisikan atau Bata

Sekedar renungan untuk bahan muhasabah/introspeksi diri saudara q…

Seorang eksekutif muda yang sukses mengendarai Mobil Jaguar barunya dengan cepat, melewati jalan-jalan di lingkungannya.

Ia melihat anak-anak berlarian kencang, muncul dan hilang di antara mobil-mobil yang diparkir, ia mengurangi laju mobilnya.

Selagi mobilnya lewat, tidak ada anak-anak yang muncul, tapi sebaliknya, batu bata melayang menghantam pintu mobilnya. Ia segera menginjak rem hingga mobilnya berputar, lalu memacu mobilnya ke tempat datangnya batu.

Ia melesat keluar dari mobilnya mencengkram anak kecil yang berdiri di sana lalu memojokkannya ke mobil yang sedang di parkir sambil berteriak,

“Apa yang telah kau lakukan hei bocah?”

Dengan kemarahan yang meluap-luap ia berkata,

“Itu mobil yang baru saja saya beli. Dan batu yang kau lemparkan akan menyebabkanku mengeluarkan biaya besar. Kenapa kau berbuat seperti ini ?”

“Tolong tuan, tolong….., aku tidak tahu lagi harus berbuat apa,” kata si anak kecil sambil ketakutan dengan nada memelas.

“Aku melemparkan bata karena tidak ada mobil yang mau berhenti.”

Air mata si anak mengalir di pipi selagi ia menunjuk ke suatu arah dimana ada sesosok tubuh terkulai tak berdaya.

”Itu saudaraku tuan” katanya,

”Ketika sedang meluncur di pinggir jalan, tiba-tiba ia terjatuh dari kursi rodanya. Aku tidak kuat mengangkatnya.” Kata si anak kecil.

Dengan terisak-isak ia memohon maaf dan bantuan kepada si eksekutif muda,

”Tolong tuan, maukah engkau membantuku mengangkat dan mendudukannya kembali ke kursi rodanya. Ia terluka. Ia terlalu berat untukku tuan?”

Tergerak oleh kata-kata anak kecil itu, si eksekutif lalu menelan kemarahan yang telah menggumpal di dadanya. Ia lalu mengangkat anak muda yang terjatuh itu kembali ke atas kursi rodanya.

Ia mengeluarkan sapu tangan untuk menghapus lukanya dan memastikan bahwa tidak ada hal lain yang mengkhawatirkan.

”Terima kasih tuan. Semoga Alloh memberkatimu,” kata si anak kecil merasa berterima kasih.

Si eksekutif mengamati anak itu mendorong saudaranya pulang ke rumah.

Ia kemudian berjalan kembali ke mobil jaguarnya.

Jalannya pelan dan terasa lama.

Ia tidak memperbaiki pintu mobilnya.

Ia baru saja mendapatkan hikmah pelajaran berharga dari kejadian itu.

Ia membiarkan penyok di pintu sebagai peringatan agar tidak lagi menjalani kehidupan ini secara cepat sehingga orang lain harus melemparkan batu untuk mendapatkan perhatiannya.

Saudaraku…..

Alloh SWT berbisik di jiwamu dan berbicara di hatimu.

Kadang-kadang kau tidak memiliki waktu untuk mendengarkan-Nya,

Sehingga Dia harus melemparmu dengan batu.

Terserah kepadamu : Kau mau mendengarkan bisikan itu atau menunggu batu bata melayang ke arahmu.

Semoga renungan ini bermanfaat bagi kita…

Sumber: Abu HUrairoh

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar