Archive for category Cinta

Falling in Love

Setiap orang pernah mengalami apa yang disebut jatuh cinta. Umumnya, jatuh cinta itu terjadi pada lawan jenis. Berjuta rasanya. Tak ada satupun kata-kata yang bisa mewakili perasaan orang jatuh cinta. Sebutlah misalnya kata senang, gembira, bahagia, bergetar, berdebar, takut kehilangan, cemburu, ingin selalu bersama, semua terlihat indah dan menyenangkan, tetap saja tidak bisa mewakili seluruh nuansa yang namanya jatuh cinta. Biasanya yang lama diingat orang melalui jatuh cinta adalah kejadian-kejadian yang mengesankan, walau bersifat sederhana. Memegang tangan pasangan saja misalnya bisa membuat jantung berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa membuat terkenang-kenang selamanya. Kata-kata pertama yang meluncur ketika menyatakan cinta kepada lawan jenis, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap hari.

Inilah rangkaian peristiwa yang membuat jatuh cinta diidentikkan dengan perasaan (feeling). Banyak sudah lagu, film, sinetron, novel, syair, legenda, puisi yang lahir dari sumber cinta sebagai perasaan. Ceritanya tak akan ada habisnya. Coba perhatikan pengalaman jatuh cinta kita masing-masing. Ada kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang membuat badan, jiwa dan pikiran ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh memindahkan gunung pun rasanya bisa. Disuruh mengecat langit pun mampu. Tak ada yang tak mungkin. Tak ada yang muskil.

Kekuatan cinta memang luar biasa. Tengoklah sejarah tentara Inggris yang demikian perkasa harus pergi dari India karena kekuatan cinta Mahatma Gandhi beserta pejuang lainnya. Negeri ini dideklarasikan secara amat gagah berani melalui cinta duet Sukarno-Hatta. Sulit membayangkan bagaimana seorang Jenderal besar Sudirman bisa memimpin pasukan melawan Belanda dengan badan yang sakit-sakitan, kalau tanpa modal cinta yang mengagumkan. Banyak usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang menyadari kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan halal, jalan cinta. Banyak orang yang dijemput keajaiban karena kemampuan untuk membangkitkan tenaga maha dahsyat ini. Maka tak heran pengarang buku The Path To Love, Deepak Chopra, menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata bertemunya dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang berdebar-debar. Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat. Persoalannya kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi digunakan.

Bermula dari pemahaman seperti inilah, maka saya terhenti pada salah satu sabda Rasulullah SAW yang begitu mendalam. Inspiratif, sehubungan dengan masalah jatuh cinta ini. Dari Anas ra., dari Nabi SAW beliau bersabda, “Ada tiga perkara barangsiapa tiga hal itu ada pada dirinya, maka ia menjumpai manisnya iman, yaitu jika Allah dan RasulNya lebih dicintainya ketimbang selain keduanya, dan jika cinta kepada seseorang, dimana tidak mencintainya kecuali karena Allah dan jika benci kembali kepada kekafiran sebagaimana benci apabila dilempar ke dalam api neraka.” (Rowahu al-Bukhary Juz I Bab Halawatul Iman)

Rupanya Rasulullah SAW sudah jauh – jauh hari memberikan wejangan yang luhur, menyebutkan secara tersirat penggunaan kekuatan cinta dalam beribadah. Bahwa apa yang seseorang alami berupa jatuh cinta bukan melulu masalah dunia saja. Tetapi di dalam masalah agama juga bisa terjadi hal serupa. Kalau seseorang bisa jatuh cinta kepada lawan jenisnya dan memperoleh kekuatan maha dahsyat sehingga bisa melampaui segala rintangan dan cobaan sehingga tercapai tujuan, maka demikian juga dalam hal beroleh keimanan ini. Lihatlah Perang Badar, 313 orang iman bisa mengalahkan 1000 orang kafir yang bersenjata lengkap. Ini adalah bukti kekuatan cinta orang iman, ketika mereka sudah jatuh cinta di jalan Allah dan RasulNya. Hidup dipenuhi kemuliaan. Hidup penuh dengan kesadaran untuk menjalankan setiap perintah dengan sami’na wa atho’na. Mati bukanlah hal yang menakutkan, justru dengannya terbentang jalan lebar cinta untuk menemui Sang Kekasih yang sebenarnya; Allah SWT. Jika mereka kembali, maka kembali dengan penuh kesyukuran dan kepasrahan yang mendalam. Merenda kasihNya dengan cara menjalankan semua perintah dan menjauhi laranganNya. Selalu bangun, bersimpuh di 1/3 malam yang akhir. Semua berakar karena cinta dan diliputi kerinduan yang sangat, sehingga berulang dan mendalam. Dalam beribadah jalan cinta merupakan lorong terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apalagi jika sudah benar – benar jatuh cinta.

Pendekatan jatuh cinta dalam beribadah memang luar biasa. Namun tidak gampang untuk bisa jatuh cinta dalam beribadah. Perlu perjuangan tersendiri. Mulai sekarang sadarilah bahwa jatuh cinta bukan sekedar masalah perasaan saja, temukan dan bangunlah jatuh cinta sebagai kekuatan spiritual. Jatuh cinta bisa digunakan sebagai sarana bagi orang yang berjalan menekuni lorong – lorong keimanannya untuk menemukan manisnya iman. Dan ada tiga jalan cinta yang saling menguatkan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas; cinta Allah – Rasul, cinta kepada seseorang karena Allah dan benci kembali pada kekafiran. Jatuh cinta sebagai kejadian spiritual, yang dituju adalah bergabungnya diri kita dengan Yang Maha Kuasa. Ketika kita menemukannya, kata manapun tidak bisa mewakilinya. Yang ada hanya : ahhhhh…subhanallah…sempurna!

Dari Zaid bin Tsabit r.a., dia mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang menjadikan dunia sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kefakiran di depan matanya dan Allah akan cerai – beraikan kebutuhannya. Dan dunia tidak akan datang kepadanya, kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya, Allah akan mencukupi kebutuhannya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (Rowahu Ibnu Majah)

Oleh karena itu, mari kita jatuh cinta. Serupa dengan pengalaman jatuh cinta ketika kita masih muda, di mana semua unsur badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh cinta sebagai kejadian spiritual. Dari sinilah sang Khalik kemudian menarik kita tinggi-tinggi ke rangkaian realita yang oleh pikiran biasa disebut luar biasa. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan, mengagumkan dan menakjubkan. Nah, sesuai dengan maksud di awal tulisan ini, yaitu untuk mawas diri, sebenarnya sudahkah kita jatuh cinta secara spiritual ini, setelah sekian lama menyebut diri orang iman? Jika belum, mari kembangkan diri lebih baik lagi, bukan target dan pencapaian – pencapaian tahunan yang kita cari, tetapi kematangan diri dalam persiapan kembali ke surgawi. Dan jalan – jalan cinta sudah menunggu, dengan sabarnya mereka menanti, kapan kita jatuh cinta di jalan Allah dan RasulNya ini.

Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah

Sumber: ldii.or.id

Tinggalkan komentar

Cinta Tak Terhalalkan

Kala cinta dtg mnyapamu namun kita blm mampu mnghalalkannya…

Kembalikan rs itu kpd Yg Menganugrahkannya,

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

cinta Ala Syetan

Agan pernah “cinta cintaan” ala syetan, yang seperti ini : Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Yang Manakah Kisah Cinta Sejati?

Saudara sekalian, tahukah kalian arti CINTA SEJATI ? Apakah kalian pernah mendengar atau mengetahui kisah cinta Qais dan Laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet ataukah Laila dan Majnun ?

Apakah kisah cinta seperti itu yang dikatakan sebagai kisah CINTA SEJATI ? Seperti yang sahabat ketahui bahwa kisah cinta mereka tidaklah berakhir di pelaminan bahkan rela mati demi cintanya….. Apakah patut dijadikan contoh?

Lalu, cinta seperti apakah yang dikatakan sebagai CINTA SEJATI. CINTA SEJATI antara dua insan adalah cinta yang terus abadi setelah diikat melalui pernikahan yang berlandaskan atas kecintaan mereka kepada Sang Pemilik Cinta yaitu Allah SWT. Walaupun salah satu meninggal, namun cinta sejati ini terus saja abadi. Kisah cinta siapakah yang begitu indah ini ?

Kisah cinta yang paling indah ini siapa lagi yang memilikinya kalau bukan kisah cinta Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW kepada Khadijah.

Sungguh sebuah cinta yang mengagumkan, cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah ? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar.”

Sambil menangis Rasulullah menjawab, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”

Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Saudaraku semua, apakah mungkin ada cinta seperti itu, yang dapat terus abadi setelah orang yang dicintai meninggal 14 tahun yang telah lewat ? Ya ada! Yaitu cinta ini tidak pernah didahului hubungan haram dan karena ketaatan kepada Allah menjadi dasar dalam rumah tangga ini. Rumah tangga yang selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah, bukan rumah yang digunakan untuk termakan rayuan setan.

Bagaimana pendapat kalian, sahabat muda sekalian, apakah kalian tidak ingin menjadikan rumah tangga kalian seperti ini ? Suami membaca Al-Qur’an bersama istrinya. Betapa agungnya ketika anak-anak mereka turut serta membaca Al-Qur’an.

Menjelang waktu Subuh tiba, si istri membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat Subuh dan sholat subuh berjamaah. Seperti apa rumah tanggaini ? Indah nian bukan ? Betapa manisnya, betapa indah cinta di dalam rumah tangga ini.

Cobalah, pasti kalian dapat menemukan segalanya berubah, cinta pun bertambah, dan Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kalian.

So, sahabat muda… Kapan kalian menikah?

Sumber: wargaldii.com

Tinggalkan komentar

~ENAM THOBIAT LUHUR~

1.RUKUN

Kita mengatakan rukun berarti :

• Tidak punya unek-unek jelek, drengki serei, Iri hati kepada sesama warga.

• Saling mengasihi, Bantu – Membantu dalam kebaikan, Tolong – Menolong, Kuat – Memperkuat dan saling Mendo’akan yang baik. Berdasarkan dalil dalam Al Qur’an:

وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : … وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى … الأية * سورة المائدة أية ۲

“Alloh yang maha luhur berfirman : Dan Tolong – Menolonglah kalian semua atas Kebaikan dan Taqwa. [QS. Al Maidah Ayat 2]”

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Pergaulan dengan Lawan Jenis

Ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa untuk mencintai lawan jenis. Ini merupakan fitrah (insting) yang diberikan oleh Alloh opada manusia.

Alloh ta’ala berfirman yang artinya,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik.”

(QS. Ali Imron: 14)

Adab Bergaul Dengan Lawan Jenis

Baca entri selengkapnya »

Tinggalkan komentar

Cinta Suci

Sebuah Cinta Abadi yang pernah ada di Bumi..

Sebuah kisah Cinta Sejati, Kisah nyata yg pernah terjadi di Bumi ini…

Sekian ratus tahun yang lalu…

Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya… seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung…. hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang.

-….Read More>

Tinggalkan komentar

Perangkap Tikus

“Suatu hari nanti …… Ketika anda Mendengar seseorang dalam Kesusahan dan Mengira itu bukan Urusan anda ….. PIKIRKANLAH SEKALI LAGI !“

Sepasang suami dan isteri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan gelagat sambil menggumam

“hmmm…makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar ?”.

Ternyata yang dibeli oleh petani hari adalah perangkap tikus. Sang tikus naik panik bukan kepalang. Ia bergegas lari ke sarang dan berteriak,
-….Read More>

Tinggalkan komentar

Ungkapan Cinta

Apabila seseorang telah terlanjur cinta, dia kan mau menerima, bahkan memuji tiap kekurangannya, tanpa peduli kata mereka. Mungkin ia kan berkata;

Kuterima tiap kekurangan dan kelebihanmu -….Read More>

1 Komentar

Terlarut Dalam

Setiap insan, diri yang memiliki cipta, rasa dan karsa
kan mempunyai cinta yang membujuk
raga tuk menyelami keindahannya.
Membuat pikiran terlarut menjauhi nyata yang asli.
Keindahannya melayangkan angan, menghilangkan ingatan hati.
Tak mengetahui asalnya rasa,
tiba saja datang tanpa diundang,
hilang tanpa jejak. -….Read More>

Tinggalkan komentar

Cinta Rosul

Kata-kata itu sering terdengar dan di dengungkan, sehingga kita tidak asing dengan kata itu. Sebenarnya apakah yang di maksud dengan “cinta rosul”? karena terkadang itu terlintas di benak saya dan membuat saya bingung sendiri. Padahal cinta Rosul itu sangat diajarkan, bahkan telah menjadi kewajiban dalam agama islam, satu-satunya agama yang Allah ridhoi “sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah itu adalah islam {QS Ali Imron: 19}. Secara tidak langsung saya merenungkan kata itu dan berfikir, tanpa mengesampingkan kewajiban-kewajiban lain.

#Kalau cinta Rosul ini merujuk seperti yang anak-anak muda lakukan, tidak mungkin sekali [karena mereka kebanyakan mengungkapkan rasa cinta dengan berpacaran itu sangat tidak bisa]. -….Read More>

Tinggalkan komentar

Sabar pada Sang Istri

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi, dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga
menjadi imam idaman bagi keluarganya.

By: Riska Puspita Arsyad

Tinggalkan komentar

Cinta Menuntut Keadilan

Di saat ramainya orang berdemo menuntut keadilan, namun tidak satupun orang berdemo menuntut keadilan dalam CINTA, CINTA memang kadang tidak adiL.!!, atau manusianya yang sering tidak adil dalam menjaga dan membina sebuah CINTA. CINTA kita terhadap pada pasangan lebih besar daripada CINTA kita kepada yang memberi CINTA (Alloh SWT).

Ketika pasangan kita marah, kita mati-matian minta maaf padanya. Lalu bagaimana jika Alloh MARAH?? Apakah kita akan berdo’a seharian agar supaya Alloh memaafkan kita ? Bahkan kadang tidak dipedulikan, Alloh akan marah atau tidak. Astaghfirulloh..!!

Ketika pasangan kita memanggil untuk bertemu, dengan bergegas dan dengan senang hati kita akan datang. Tapi jika Alloh yang memanggil dengan seruan Adzan, kita seolah-olah tidak mendengar!! Minimal tidak mempedulikannya. Bahkan kadang malah sempat bernyanyi-nyanyi ketika kumandang Adzan masih bergema. Subhanalloh..!!

Ketika tengah malam kita terbangun, padahal tidak ada suara seruan (bangunlah.., sudah jam sekian.. ada bola tuh.., ada tugas tuh.., ada PR tuh.., ada kerjaan tuh.., dan lain-lain sebagainya), tapi kita bergegas bangun dan menuruti seruan semu itu. Tetapi ketika Allah meminta kita untuk bangun 1/3 malam bahkan untuk minta apa saja dan akan dikabulkan, kita lelap tidur mendengkur dan bermalas-malasan untuk bangun. Masya Alloh..!!

Ketika kita sedang bercengkrama dengan pasangan, apapun dan siapapun, kita betah berlama-lama menemaninya. Tapi ketika kita bercengkrama dengan Alloh (ibadah), bahkan kereta argo lawu pun kalah kilatnya. Masya Alloh ..!!

Inikah keadilan CINTA? Padahal sesungguhnya hanya Allohlah lah yang memberi segudang manfaat, kebaikan kepada kita, sedang mereka tidak sedikitpun bisa member manfaat yang abadi dan sejati. (QS:Yunus 106 – 107), tapi kita lebih mencintai mereka daripada mencintai Alloh.

Tidak bisakah kita berlaku adil? Karena CINTA juga butuh K.E.A.D.I.L.A.N..!!

Ya Alloh.., Kami telah berlaku tidak adil selama ini terhadap cinta Engkau… maka yang kami harap dari-Mu adalah Ampunan dan Rahmat-Mu. agar kekurang adilan kami dalam membina CINTA kepadaMu selama ini dapat terampuni,

Amiin ya Robbal’alamin ..

Tinggalkan komentar

Susahnya Kalau Jatuh Cinta

Memang begitu indah persaan ini ketika sedang jatuh cinta, berjuta-juta indahnya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya si dia yang terbayang selalu. Mau makan ingat dia, mau tidur ingat dia, mau apa saja selalu ingat dia, yang ada hanya dia, dia, dia dan dia…………………. oooooh dia. Terkadang karena teringat betapa mempesonanya dia, indahnya dia, membuat kita selalu tersenyum sendiri. Perasaan saat jatuh cinta dengan si dia membuat kita ingin selalu bersama dia selamanya, hanya berdua tiada yang lain, agar bisa selalu memandang wajahnya, menghilangkan rindu di hati, gelora di jiwa. Oh indahnya bila hanya kita berdua.

Itulah beberapa perasaan yang dirasakan ketika cinta itu menghampiri hati, walau sebenarnya perasaan itu tidak bisa diungkapkan hanya dengan kata-kata. Akan tetapi di balik perasaan cinta yang begitu dalam tersebut, ada bahaya yang mengancam, bila larut dalam perasaan itu. Apabila terus menerus kita ikuti perasaan yang ada adalah kita terjebak oleh rayuan iblis. Seandainya kita ikuti dan terlarut dalam cinta, dengan berpacaran, wahhhhh itu sudah bahaya, kita telah mendekati pada zina, sedangkan ‘dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya itu adalah dosa besar termasuk perbuatan syetan’. Mungkin bukan dengan berpacaran secara langsung, dengan sms, atau chatting saja, itu juga sama akan menuju pada zina, karena itu akan membangkitkan syahwat dalam diri. Mungkin juga hanya ingin melihatnya saja, memandang wajahnya, memandang pesonanya sampai hati ini merasa puas—tidak akan pernah. Ingat sabda Rosulullahi SAW ‘janganlah kamu mengikutkan pandangan dengan pandangan berikutnya, pandangan yang pertama itu adalah haqmu, dan pandangan berikutnya adalah panah syetan yang beracun.

Lalu apa yang harus dilakukan? masak hrus langsung menikahi dia, saya masih belum mampu, kalau tidak perasaan ini selalu bergelora di dalam dada, begini salah begitu salah, susahnya kalau jatuh cinta… Apakah TIDAK BOLEH JATUH CINTA???

Bukan begitu, orang jatuh cinta itu boleh-boleh saja dan syah syah saja, tidak ada yang salah dengan seseorang yang jatuh cinta, karena itu memang anugrah dari Allah SWT, hanya saja yang salah adalah ketika seseorang itu membiarkan hawa nafsu. Mungkin solusi itu diantara lain;
#Tidak membiarkan diri terlarut dalam cinta yang menggelora, yang sebenarnya itu adalah nafsu saja
#Berdo’a meminta perlindungan dari jeleknya diri
#Puasa, ‘puasa itu perisai, dan sholat itu dalil/hujjah [puasa bisa menjadi perisai dari dosa, yang kan memasukkan seseorang ke dalam neraka, sholat itu dalil-“pertama kalinya yang dihisab di hari qiamat adalah sholat, jika sholatnya sempurna, maka baiklah semua amalan….”]’

—————–Semoga bermanfaat————–

Tinggalkan komentar

Do’a Seorang Akhwat

Yaa Allah, Yaa Robbi…Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupkuSeseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatuSeorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah EngkauSeorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah pentingYang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkaudan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinyaDan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdasSeorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatikuSeorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang memiliki hati yang bijak, tidak hanya otak yang cerdasSeorang pria yang tidak hanya mencintaiku, tapi juga menghormatikuSeorang pria yang tidak hanya memujaku, tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku, tapi karena hatikuSeorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu, situasi dan kondisiSeseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Yaa Ilahi, Robbi…Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMuSeorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnyaSeorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannyaSeseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannyaSeseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Yaa Allah, Yaa Ilahi…Aku juga meminta,Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya banggaBerikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMuBerikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknyaBerikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinyaBerikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:”Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepatDan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan

By: Sri Uswatun Hasanah

1 Komentar

Do’a Cinta

Jika aku jatuh cinta

cintakanlah aku pada seseorang

yang melabuhkan cintanya pada Mu

agar bertambah kekuatanku untuk mencintai Mu

Ya Muhaimin

jika aku jatuh cinta

jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada Mu

Ya Allah

jika aku jatuh hati

izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya

tertaut pada Mu

agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta selain Mu

Ya Rabbi

jika aku jatuh hati

jagalah hatiku padanya agar sentiasa mengingati Mu

Ya Rabbul Izzati

jika aku rindu seseorang

rindukanlah aku padanya agar

yang merindui syahid di jalan Mu

Ya Allah

jika aku rindu

jagalah rindu padanya

agar tidak lalai aku merindukan syurga Mu….

Ya Allah sesungguhnya aku lemah jika sudah di hadapkan dgn cinta nestapa….

sesngguhnya kurelakan kembali segala urusan ku kepadamu..

apa yang menjadi jalan jidup ku, selalu ku libatkan Mu dlm jalan ku..

jika kau limpahkan segudang cobaan,, maka kirimkan lah segumpal ketegaran,,

yg tak pernh hbis dan terkikis…

Jika kau limpahkan segudang kebahagian.mka ciptakanlah rasa syukur yg tak pernah berakhir..

Dan Jika ia tercipta untuk ku.. Maka aku Minta pada Mu menjadi penengah antara aku dan dirinya..

pertemukan kami dalam cinta mu….

ini adalah pengaduan diriku ya Rabb,,

dari sudut terkecil penuh harapan besar…..

By: Manda Aulia

Tinggalkan komentar

Sebening Air Mata

Dalam kesepian kadang air mata adalalah sahabat yg setia,

ia bercanda dgn hati,dgn tawanan – tawanan rindu,

atau bahkan dgn muasahabah diri kita., ^_^ .

Air mata adalah bukti kesungguhan ….jiwa & hati

yg sakit maupun luka akan terasa ngilu.

Dan jika saja hati itu dpt tergambar sedang menangis…,

maka cukup liatlah dari aura mata yg dapat berbicara.

-….Read More>

Tinggalkan komentar

@@@@Cinta@@@@

Oleh: Bhiedhadharie Khesunyiean Bhencie Chientha
Cinta…

Seperti mutiara yang semakin bercahaya

Bahkan lebih ketika mahar keimanan menjadi satu pondasi

Bukan lagi berkata, aku ingin dan aku mau -….Read More>

Tinggalkan komentar

KU Ingat Selalu Nasihatmu (Nikahan)

Ananda berdua yang berbahagia, detik-detik yang bersejarah telah terjadi pada…………ini, khususnya pada sa’at kalian berdua duduk bersanding sebagai pengantin baru, yang telah memisahkan lembaran lama dan lembaran baru kalian. Detik yang memisahkan kalian dengan masa remaja telah terjadi dan masa remaja kalian tidak akan pernah terulang lagi untuk selama-lamanya, karena telah diganti dengan masa wibawa, menjadi anggota masyarakat yang penuh kewajiban dan tanggung jawab.

Coba kalian lihat ke depan, ke kiri dan ke kanan, semua keluarga, handai tolan, sahabat turut menyaksikan hari bahagia kalian. Bahkan keluarga yang jauh sekalipun berusaha untuk menyisihkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk menyaksikan hari bahagia kalian.

Kami sungguh yakin, sebenarnya ananda berdua sudah memahami dan menyadari tentang arti kalimat yang ananda berdua ucapkan pada sa’at akad nikah, karena taufiq, hidayah dan inayah-Nya senantiasa menyertai kalian berdua. Walaupun demikian, kami ingin menyampaikan pesan Alloh Subhaanahu Wa Ta’aalaa, sekadar pengantar kalian dalam membuka dan mengisi lembaran baru kehidupankalian, yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ruum, No. Surat: 30, ayat: 21, yang berbunyi:

Yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Ia telah menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu hidup tenteram; kemudian Ia ciptakan di antara kamu saling mencintai dan menyayangi. Sesungguhnya yang demikian niscaya menjadi ayat (tanda kekuasaan Alloh) bagi kaum yang berpikir”.

Semoga dalam rumah tangga kalian berdua tercipta ketenteraman dan tumbuh dengan subur rasa cinta serta kasih sayang di antara kalian, sebagaimana yang Alloh firmankan dalam ayat tersebut.

Ananda berdua yang berbahagia, pernikahan bukan semata-mata mempunyai arti naluri memenuhi hasrat birahi dua jenis manusia, tetapi pernikahan mengandung arti kecintaan kepada Sunnah Rosululloh untuk mewujudkan kehidupan manusia yang tenteram dan melahirkan keturunan yang sholeh dan sholehah di bawah tanggung jawab seorang bapak dan ibu yang beriman sekaligus untuk menggapai kebahagiaan di akherat.

Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Adapun menikah itu merupakan sunnahku, barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barangsiapa yang mencintaiku maka dia akan bersamaku berada di dalam surga. Oleh karena itu barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia tidak terbilang dari golonganku”.

Ketenteraman tidak dapat dilahirkan oleh harta benda, karena harta benda bisa habis dan hancur binasa. Tidak juga oleh pangkat dan jabatan, karena kedua-duanya itu tidak akan abadi di tangan manusia. Sebenarnya ketenteraman itu hanya dapat dibina atas dasar agama dan iman. Karena iman akan selalu menyertai kalian berdua di dalam berbagai kondisi dan situasi, baik dalam keadaan suka dan duka, dengan iman Insyaa Alloh kalian berdua mampu melenyapkan segala kebimbangan, kekhawatiran, dan pesimisme dalam hidup kalian.

Kami ingin berpesan kepada mempelai pria, ketahuilah isterimu itu bukanlah Asiyah yang begitu tegar dalam menghadapi tekanan, bukan pula Masyithoh yang sabar menghadapi penganiayaan, bukan Siti Hajar yang tabah dalam sengsara, bukan Khodijah yang pandai berjuang, bukan juga Aisyah yang pandai memelihara keluarga, tapi isterimu hanyalah wanita yang hidup di akhir zaman, yang ingin menjadi isteri sholihah, ia mendambakan seorang suami yang penuh tanggung jawab; melindungi, mencintai dan menyayanginya. Oleh karena itu jagalah dia, lindungilah dia, cintailah dia, dan sayangilah dia.

“Satu nasehat pada suami,

isteri yang baru harus tunjuki,

jangan disepak jangan dimaki

haraplah dia pintu rezeki.

Kami juga ingin berpesan kepada mempelai wanita, ketahuilah suamimu itu bukanlah Nabi Sulaiman yang begitu kaya raya yang dapat memberimu pada setiap apa yang kamu minta, bukan pula Nabi Yusuf yang tampan menggairahkan, bukan Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang santun dalam bertuturkata, tapi ia adalah laki-laki bisa yang hidup di akhir zaman, hanya ingin menjadi suami yang sholeh, ia mendambakan seorang isteri yang penuh kecintaan; menyayangi, melayaninya. Oleh karena itu cintailah dia, layanilah dia, dan sayangilah dia.

Pindah nasehat pada sang isteri

pada suami jangan berani

meminta itu meminta ini

akhirnya jalan sana dan sini.

Pada mertua hendak setia

jangan dicoba disia-sia,

carilah akal budi upaya

agar mendapat hajat mulia.

Pada mertua kami mohonkan

mantu yang salah minta ma’afkan

minta ajari sambil do’akan

janganlah mantu jadi sesalan.

Akhirnya, kami yang hadir dalam waktu yang bersejarah bagi kalian berdua ini, ingin menghantarkan kalian berdua dengan do’a yang kita sampaikan kepada Alloh dari lubuk hati yang ikhlas.

Mudah-mudahan sumber rezeki kalian selebar langit dan seluas bumi. Dan rezeki kalian selalu mengalir lancar selancar air sungai, sederas air hujan, sebanyak hitungan pasir patai. Jika rezeki kalian itu jauh, mudah-mudahan Alloh mendekatkan. Jika masih di atas langit, Alloh menurunkan. Jika masih di dalam bumi, Alloh mengeluarkan. Jika masih kotor, Alloh merbersihkan dengan shodaqoh, infaq dan zakat. Semoga Alloh menggerakkan hati kalian untuk mengelola dan mengembangkan rezeki kalian itu dengan cara yang halal, dan tidak menggunakannya untuk maksiat, dosa dan hal-hal yang harom. Tapi, untuk memberi nafkah agama dan keluarga, yaitu untuk membesarkan anak-anak kalian sehingga menjadi anak-anak kalian yang ‘alim; pinter ngajinya, pinter juga sekolahnya, berkhlaqul karimah, berbudi pekerti yang baik dan mandiri yang tangguh hingga berhasil guna menghadapi tantangan setiap perkembangan dan kemajuan zaman. Semoga Alloh menamkan cinta kalian kepada pasangan hidup kalian, anak-anak kalian, anggota keluarga kalian, sanak famili kalian, teman dan kerabat kalian yang baik sedalam samudra luas, setinggi gunung Himalaya, seluas jagad raya. Semoga Alloh melekatkan cinta kalian kepada Alloh-Rosul-Amir-Orangtua kalian hingga kalian masuk ke dalam surga Firdaus bersama Nabi kalian dan orang-orang yang sholih dan mati syahid. Aamiin

Sumber Artikel: Sulaeman Syuur

Tinggalkan komentar

Ibu, I Miss You So Much

Maafkan salahku, Ibu….
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apa pun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta . Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor. -….Read More>

Tinggalkan komentar

Hati seorang Ayah….

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban

Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.”

Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”

Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluargaserta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. ”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. ”

“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. ”

“Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. ”

“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, di dalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki- laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. ”

“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya. ” AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…

With Love

“. Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaiK untuknya….

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik Buat keluarga kita……..

kalau hari ibu selalu di gembar gemborkan..artikel ini untuk hari Ayah di akhir tahun ini..semoga Ibu & Ayah selalu mesra dan harmonis di mata anak2 beriman..semoga bermanfaat artikel ini.

Sumber: Lina Iman

Tinggalkan komentar

Kiat Mencari Jodoh

Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, supaya muncul suatu ketenangan, kesenangan, ketentraman, kedamaian dana kebahagiaan. Hal ini tentu saja menyebabkan setiap laki-laki dan perempuan mendambakan pasangan hidu…p yang memang merupakan fitrah manusia, apalagi pernikahan itu merupakan ketetapan Ilahi dan dalam sunnah Rasul ditegaskan bahwa ” Nikah adalah Sunnahnya”. Oleh karena itu Dinul Islam mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara laki-laki dan perempuan dan selanjutnya mengarahkan pertemuan tersebut sehingga terlaksananya suatu pernikahan.

Namun dalam kenyataannya, untuk mencari pasangan yang sesuai tidak selamanya mudah. Hal ini berkaitan dengan permasalahan jodoh. Memang perjodohan itu sendiri suatu hal yang ghaib dan sulit diduga, kadang-kadang pada sebagian orang mudah sekali datangnya, dan bagi yang lain amat sulit dan susah. Bahkan ada kalanya sampai tua seseorang belum menikah juga.

Fenomena beberapa tahun akhir-akhir ini, kita melihat betapa banyaknya muslimah-muslimah yang menunggu kedatangan jodoh, sehingga tanpa terasa usia mereka semakin bertambah, sedangkan para musliminnya, bukannya tidak ada, mereka secara ma’isyah belum berani maju untuk melangkahkan kakinya menuju mahligai rumah tangga yang mawaddah wa rohmah. Kekhawatiran jelas tampak, ditengah-tengah perekonomian yang semakin terpuruk, sulit bagi mereka untuk memutuskan segera menikah.

Gejala ini merupakan salah satu dari problematika dakwah dewasa ini. Dampaknya kaum muslimah semakin membludak, usia mereka pelan namun pasti beranjak semakin naik.

Untuk mencari solusinya, dengan tetap berpegangan kepada syariat Islam yang memang diturunkan untuk kemashlahatan manusia, beberapa kiat mencari jodoh dapat dilakukan :

1. Yang paling utama dan lebih utama adalah memohonkannya pada Sang Khalik, karena Dialah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan (QS.4:1). Permohonan kepada Allah SWT dengan meminta jodoh yang diridhoiNya, merupakan kebutuhan penting manusia karena kesuksesan manusia mendapatkan jodoh berpengaruh besar dalam kehidupan dunia dan akhirat seseorang.

2. Melalui mediator, antara lain :

a. Orang tua. Seorang muslimah dapat meminta orang tuanya untuk mencarikannya jodoh dengan menyebut kriteria yang ia inginkan. Pada masa Nabi SAW, beliau dan para sahabat-sahabatnya segera menikahkan anak perempuan. Sebagaimana cerita Fatimah binti Qais, bahwa Nabi SAW bersabda padanya : Kawinlah dengan Usamah. Lalu aku kawin dengannya, maka Allah menjadikan kebaikan padanya dan keadaanku baik dan menyenangkan dengannya(Hr.Muslim).

b. Guru ngaji (murobbiyah).Jika memang sudah mendesak untuk menikah, seorang muslimah tidak ada salahnya untuk minta tolong kepada guru ngajinya agar dicarikan jodoh yang sesuai dengannya. Dengan keyakinan bahwa jodoh bukanlah ditangan guru ngaji. Ini adalah salah satu upaya dalam mencari jodoh.

c. Sahabat dekat. Kepadanya seorang muslimah bisa mengutarakan keinginannya untuk dicarikan jodoh. Sebagai gambaran, kita melihat perjodohan antara Nabi SAW dengan Khadijah ra. Diawali dengan ketertarikan Khadijah ra kepada pribadi beliau yang pada saat itu berstatus karyawan pada perusahan bisnis yang dipegang oleh Khadijah ra. Melalui Nafisah sebagai mediatornya akhirnya Nabi SAW menikahi Khadijah ra..

d. Biro Jodoh. Biro jodoh yang Islami dapat memenuhi keinginan seorang muslimah untuk menikah. Dikatakan Islami karena prosedur yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Salah satu diantaranya adalah Club Ummi Bahagia.

3. Langsung, dalam arti calon sudah dikenal terlebih dahulu dan ia berakhlak Islami menurut kebanyakan orang-orang yang dekat dengannya (temannya atau pihak keluarganya). Namun pacaran tetap dilarang oleh Islam. Jika masing-masing sudah cocok maka segera saja melamar dan menikah. Kadang kala yang tertarik lebih dahulu adalah muslimahnya, maka ia dapat menawarkan dirinya kepada laki-laki saleh yang ia senangi tersebut (dalam hal ini belum lazim ditengah-tengah masyarakat kita). Seorang sahabiat pernah datang kepada Nabi SAW dan menawarkan dirinya pada beliau. Maka seorang wanita mengomentarinya, “Betapa sedikit rasa malunya.” Ayahnya yang mendengar komentar putrinya itu menjawab, “Dia lebih baik dari pada kamu, dia menginginkan Nabi SAW dan menawarkan dirinya kepada beliau.”

Sebuah cerita bagus dikemukakan oleh Abdul Halim Abu Syuqqoh pengarang buku Tahrirul Mar’ah, bahwa ada seorang temannya yang didatangi oleh seorang wanita untuk mengajaknya menikah. Temannya itu merasa terkejut dan heran, maka wanita itu bertanya, “Apakah aku mengajak anda untuk berbuat haram? Aku hanya mengajak anda untuk kawin sesuai dengan sunnah Allah dan RasulNya”. Maka terjadilah pernikahan setelah itu.

Semua upaya tersebut hendaknya dilakukan satu persatu dengan rasa sabar dan tawakal tidak kenal putus asa. Disamping itu seorang muslimah sambil menunggu sebaiknya ia mengaktualisasikan kemampuannya. Lakukan apa yang dapat dilakukan sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dakwah. Jika seorang muslimah kurang pergaulan, bagaimana ia dapat mengenal orang lain yang ingin menikahinya.

Barangkali perlu mengadakan evaluasi terhadap kriteria pasangan hidup yang ia inginkan. Bisa jadi standar ideal yang ia harapkan menyebabkan ia terlalu memilih-milih. Menikah dengan orang hanif (baik keagamaannya) merupakan salah satu alternatif yang perlu diperhatikan sebagai suatu tantangan dakwah baginya.

Akhirnya, semua usaha yang telah dilakukan diserahkan kembali kepada Allah SWT. Ia Maha Mengetahui jalan kehidupan kita dan kepadaNyalah kita berserah diri. Wallahu A”lam bishowab

Tinggalkan komentar

Mengapa Takut menikah

hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka tidak saja berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga.

Mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?

Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.

Banyak alasan dari kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat, ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.

Menikah itu Fitrah

Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan” (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, ” dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, “dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu.” (Al-Isra: 77)

Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.

Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.

Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.

Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.

Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.

Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.

Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.â€

Menikah Itu Ibadah

Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.†(HR. Baihaqi, hadits Hasan)

Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.

Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.

Pernikahan dan Penghasilan

Seringkali kita mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?

Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.

Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.

Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.

Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.

Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.†Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.†(lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).

Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.†(HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.†(HR. Turmudzi dan Nasa’i)

Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.†(lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.

Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.

Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.

Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.

Pernikahan dan Menuntut Ilmu

Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.

Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.

Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.

Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.

Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.

Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.

Kesimpulan

Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.

Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban†ke “pernikahan sebagai ibadahâ€. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allahâ€. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.

Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.

Kaya Dengan Menikah

Lebih dari 1400 tahun yang lalu telah turun ayat :

(وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. ( An-nur : 32 )

Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan dapat menjadi penyebab kekayaan berdasarkan firman Allah :

“Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”

Tetapi sebagian orang jahiliyah dahulu, karena mereka takut miskin, mereka membunuh dan atau mengubur anak-anak gadis mereka. Oleh karena itu turunlah firman Allah ta’ala :

(وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. ( Al-Israa : 31 )

Maka dalam ayat ini terdapat jaminan dari Allah tentang rizki anak dan orangtua.

Sangat wajar bahwa kita semenjak dahulu tidak tahu bahwa ayat ini menyimpan satu mukjizat ilmu, karena seorang yang beriman dia beriman dan yakin kepada kebenaran ayat ini dan tidak ragu bahwa Allah mampu memberi rizki untuknya. Tapi orang yang lemah imannya akan bertanya – tanya : “Darimana Allah memberi saya rizki ?”, Kapan dan bagaimana ?”
Dan adapun para ateis, mereka tidaklah percaya dan tidak yakin dengan ayat ini, yang ia percayai adalah bahwa pernikahan atau anak-anak merupakan masalah ekonomi. Oleh karena itu kita dapati bahwa orang-orang barat sangat bersandar dengan doktrin ini dan membatasi keturunan dengan satu atau maksimal dua anak saja.Tapi, tak seorang pun membayangkan dan berfikiran bahwa dengan hanya sekedar menikah, bahwa itu sudah menjadi sarana untuk menambah pendapatan dan penghasilan.
Majalah Time Amerika pernah melakukan penelitian di Ohio State University, yang menunjukkan bahwa orang – orang yang telah menikah dan punya anak, pendapatan mereka naik sebesar 16 persen per tahun, berbeda dengan orang – orang yang belum menikah dimana pendapatan mereka hanya naik 8 persen pertahun.
Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manfaat dari pernikahan tidak terbatas hanya pada manfaat yang diketahui sebelumnya dan yang berhubungan dengan rasa ketentraman, tetapi juga untuk pengurangan jumlah kemiskinan di masyarakat.
Dua orang peneliti, yaitu Maria Kanchin, peneliti dari University of Wisconsin, dan Deborah Reed, direktur penelitian di Pusat Penelitian Politik Matematika, telah melakukan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam buku “Perubahan Kemiskinan Perubahan Politik”, yang membahas tentang rendahnya angka perkawinan dan tingginya tingkat perceraian serta dampaknya terhadap tingkat kemiskinan.
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan di Amerika Serikat akan naik 2,6 persen karena tingginya kasus perceraian, disamping juga kedua peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa wanita yang sudah menikah memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan untuk menambah pendapatan daripada yang belum menikah.
Studi juga menunjukkan bahwa kehadiran suami atau istri di rumah, bisa menambah semangat keduanya, yang menyebabkan produktivitas yang lebih besar bagi mereka dan dengan demikian meningkatkan pendapatan dari pekerjaan mereka.
Penelitian ini menyarankan penyediaan tempat untuk penitipan anak-anak di lingkungan kerja, yang mana hal ini akan mendorong perempuan yang belum menikah untuk melakukan metode dan langkah ini, tanpa khawatir terhadap anak-anak mereka, atau menganggap bahwa anak – anak mereka sebagai hambatan bagi perkembangan karir mereka.
Ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah sarana untuk meningkatkan pendapatan, dan ini fakta ilmiah dan bukan hanya omong kosong!
Dari sini kita bisa menyadari bahwa ayat yang mulia ini mengandung sebuah mukjizat ilmu.
Siapakah gerangan yang mengabarkan kepada Nabi bahwa nikah bisa menjadi penyebab seseorang menjadi kaya ? Dialah Allah yang telah berfirman :

إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ

“Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.”. ( An-nur : 32 )

Oleh karena itu, Nabi mengingkari orang yang ingin terus membujang dan tidak menikah seraya beliau bersabda :

(النكاح من سنتي فمن لم يعمل بسنَّتي فليس مني) [السلسلة الصحيحة للألباني]

“Nikah termasuk Sunnahku, barangsiapa yang tidak melaksanakan Sunnahku maka bukanlah termasuk golonganku” ( Silsilah Shahihah oleh Albani )

Sumber: milist ukhuwah_sehati@yahoogroups.com
Abu Ubaidilah Sarjyan

Tinggalkan komentar

Resep Masakan Cinta

 

Bahan:
1 pria sehat,
1 wanita sehat,
100% Komitmen,
2 pasang restu orang tua,
1 botol kasih sayang murni.
BUMBU:
1 balok besar humor,
25 gr rekreasi,
1 bungkus doa,
2 sendok teh telpon-telponan,

Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang.
Tips:
– Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang.
– Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatan (sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.)
– Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.
– Gunakan Kasih sayang cap”IMAN, HARAP & KASIH” yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.
Cara Memasak:
– Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.
– Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.
– Masukkan niat yang murni ke dalam loyang dan panggang dengan api cinta, merata sekitar 30 menit di depan penghulu
– Biarkan di dalam loyang tadi dan sirami dengan semua bumbu di atas.
– Kue siap dinikmati.
Catatan:
Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan kasih yang hangat. Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan
lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa
kemudian dihangatkan lagi di oven bermerek “Tempat Ibadah” diatas api cinta. Setelah mulai hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan.

Selamat mencoba, dijamin semuanya halal koq !
Selamat menikmati ………..

 

By : تري ساتيو نو غروهو

2 Komentar

Pembagian Nafkah dan Giliran Istri

 

 

Jika seorang suami telah berpoligami, maka pembagian giliran antara isteri yang satu dengan yang lainnya harus sama, jika perempuan-perempuan yang dipoligami itu asalnya adalah sama-sama perawan, atau sama-sama janda. Bila mereka pada waktu dinikah statusnya berbeda karena ada yang masih perawan dan ada yang sudah janda, maka pembagian gilirannya pun tidak harus sama.

 

Bagi seorang suami yang sudah berpoligami mempunyai kewajiban dan tanggung jawab kepada isteri-isteri secara adil, terutama dalam hal nafkah dan giliran. Pengertian adil dalam nafkah dan giliran ini adalah dengan cara ishlah, yaitu saling ridho-ridhoan/kompromi/damai/sepakat sehingga masing-masing pihak bisa saling merelakan, baik itu dengan salah satu isteri atau dengan beberapa orang isteri. Sehingga dalam pengaturannya dapat disesuaikan dengan hasil ishlahnya dengan salah satu isteri atau dengan beberapa orang isteri tersebut. Karena ishlah itu merupakan solusi (jalan keluar) yang terbaik dalam menghadapi ataupun mengatasi problem rumah tangga.

 

Suami dan isteri-isteri harus bergaul dengan baik, harus menunjukkan kesungguhan dalam kewajibannya, tidak boleh menunjukkan kebencian atau kurang memenuhi kewajiban sesuai dengan kemampuannya. Perhatikan dasar-dasar hukumnya di bawah ini:

Menurut Hadits Abu Dawud No. 1822, yang sumbernya dari Aisyah, bahwa Aisyah berkata:

Yang artinya: “Kalau Rosululloh membagi (giliran antara isteri-isteri) nya maka beliau selalu adil (secara lahiriyah), dan beliau berdo’a: “Ya Alloh ini adalah pembagian dalam hal yang aku miliki, maka Engkau jangan mencelaku dalam hal yang Engkau miliki sedang aku tidak memilikinya”. Abu Dawud berkata: “yang dimaksudkan adalah hati (adil dalam hati)”.

 

Do’a Rosulullohi Shollalloohu Alaihi Wasallam di atas dalam soal bercinta dan kecenderungan hati, beliau memang lebih mencintai Aisyah Rodhiyalloohu Anha, daripada isteri-isteri beliau yang lain.

 

Tapi, kalau Alloh Ta’alaa hendak berlaku adil terhadap hamba-Nya pasti bisa, sedangkan Rosul Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam tidak bisa, apalagi suami anda hanya seorang manusia biasa, berdasar pada dalil firman Alloh dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ No. Surat: 4, Ayat: 129, yang berbunyi:

Yang artinya: “Kamu sekalian sekali-kali tidak akan bisa berbuat adil di antara isteri-isteri (kamu sekalian), walaupun kamu sekalian (di dalam hati) sangat ingin berbuat demikian, oleh karena itu janganlah kamu sekalian terlalu cenderung (hanya kepada isteri yang kamu sekalian cintai saja) sehingga kamu membiarkan (isteri) yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu sekalian mengadakan perbaikan dan takut (melakukan kecurangan). Maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

 

Menurut Hadits Ibnu Majah Juz 1 hal 633, yang bersumber dari Abi Huroiroh, bahwa Abi Huroiroh berkata: Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Barangsiapa yang mempunyai dua orang isteri, dia cenderung hanya kepada salah satunya sampai mengalahkan yang lain, maka pada hari kiamat kelak dia datang (menghadap Alloh) dengan keadaan sengkleh salah satu dari dua pundaknya (sebelah pundaknya jatuh miring terkulai)”.

 

Menurut penjelasan dari Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam di dalam Hadits Tirmidzi, No 1272, yang berbunyi:

Yang artinya: “Ishlah (damai/negosiasi) di antara sesama orang islam itu boleh saja kecuali bernegosiasi yang sifatnya dapat mengharomkan yang halal atau menghalalkan sesuatu yang harom. Dan sesama orang islam itu tergantung pada syarat mereka (pada waktu mereka bernegosiasi/mengadakan perjanjian) itu kecuali syarat yang dapat menyebabkan sesuatu yang tadinya halal menjadi harom atau sesuatu yang tadinya harom menjadi halal”.

 

Menurut anjuran dan saran Alloh yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ No. Surat: 4, Ayat: 128, yaitu:

Artinya: “Dan jika seorang isteri merasa khawatir kalau suaminya akan melakukan nusyuz/mblarah (bertindak kasar/ tidak mau menggauli/tidak memberikan nafkah) atau berpaling (acuh tak acuh) darinya maka tidak berdosa (tidak mengapa) bagi keduanya apabila mengadakan damai dengan cara ishlah yang sebenar-benarnya (seperti: isteri bersedia haknya dikurangi asalkan suami mau baik kembali), dan ishlah (damai seperti itu) lebih baik (buat mereka sendiri) dan pada hakekatnya manusia itu menurut thobi’atnya adalah kikir (maksudnya: pada dasarnya manusia itu tidak mau melepaskan haknya dengan seikhlash-ikhlashnya hati). Dan jika kamu berbuat baik (bergaul dengan baik dengan istrimu) dan kamu takut (dari berbuat nusyuz, sikap acuh/cuwek), maka sesungguhnya Alloh Maha Waspada terhadap apa yang kamu kerjakan”.

 

Dasar-dasar hukum diatas menunjukkan, bahwa seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari satu orang harus bisa berlaku adil dalam hal apapun, seperti pemberian nafkah, tempat tinggal, waktu bermalam, pergaulan yang baik, dan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang lain terhadap isteri, selain menjima’ (berhubungan badan). Adapun pembagian cinta dan menggaulinya tidak harus sama, sebab datangnya syahwat atau nafsu birahi tidak menentu.

 

Setelah sekian lama pernikahan berjalan, sang suami tidak pernah mendapat kepercayaan dari sang isteri yang tidak pernah berhenti menanyakan kegiatan suami sehari-hari. Terkadang sang suami berpikir, rasanya tidak perlu memberitahukan kepada sang isteri semua yang ia lakukan. Namun, bagi sang isteri, tindakan itu berarti menyembunyikan sesuatu dan sang isteri akan mulai memperlihatkan kecemburuannya yang tidak beralasan. Jadi, apakah seorang isteri memang semudah itu merasa cemburu?

 

Memang, dari sekian banyak cerita, hampir setiap seorang suami mengungkapkan bahwa isteri lebih mudah cemburu atau posesif. Akibatnya, suami merasa sangat dibatasi. Sebenarnya bagi sang suami cukup melakukan beberapa hal kecil yang kelihatannya sepele, namun sangat berharga bagi sang isteri. Berikut ini adalah beberapa hal kecil itu:

1. Menelepon untuk memberi tahu sedang apa kita saat itu atau sekadar menanyakan khabarnya, seperti, “Sayang, aku lagi makan siang nih sama teman-teman. Kamu sudah makan, say?”. Isteri akan merasa dihormati dengan cara ini.

2. Mengkhabarkan kalau kita tidak bisa pulang cepat untuk alasan paling konyol sekalipun. Misalnya, “Tahu tidak, say, aku sedang ketemu teman-teman lamaku di Pondok Pesantren ‘BUDI AGUNG’, Bogor. Dan kami sekarang sedang mendengarkan taushiyah. So, kayaknya aku pulang agak telat nih. Kamu makan saja duluan, ya!”. Kita tak usah berbohong untuk hal seperti ini. Dengan alasan jujur, istri malah akan mempercayai alasan konyol tapi jujur seperti itu.

3. Libatkan ia dalam setiap momen, walaupun hanya lewat suara. Misalnya, kita sedang bersenang-senang dengan teman-teman, telepon isteri kita dan katakan, “Aku sedang membakar ikan sama Pak H. Nur ‘Ali, Pak H. Hadi Santo, Pak H. Mujahidin dan Pak H. Anang. Kamu mau kirim salam?”. Dengan begini, isteri akan merasa dekat dengan lingkungan kita, termasuk dengan teman-teman kita. Cemburu? Pergi jauh-jauh! Posesif, No Way.

4. Beri komentar kecil tentang penampilan atau apa yang telah dibuatnya. Katakan, “Tumben kamu tidak memakai anting-anting?” atau “Aku suka kamu pakai baju itu. Kelihatan manis”. Pasalnya, suami terkadang sulit sekali melontarkan pujian, walau kecil artinya. Tapi bagi isteri, itu perhatian yang manis, manja.

5. Ajak isteri kerumah orang tua kita atau keluarga isteri. Istri paling suka dilibatkan dengan segala hal yang berbau keluarga. Dengan begini, isteri akan merasa dilibatkan dan diakui. Jadi, rasa cemburu tak akan mampir menghantui. Namun, untuk kita yang masih dalam tahap hubungan baru, tanyakan dulu apakah isteri tidak keberatan diajak kerumah orang tua kita.

6. Bersikap sedikit gentle. Berjalanlah di sebelah kanan isteri kita, raih barang-barang yang dibawanya sebelum diminta, atau katakan bahwa kita ingin membantu menyelesaikan masalah yang diceritakannya seandainya bisa membantu. Isteri akan merasa bahwa kita selalu ada di sisinya setiap kali isteri membutuhkan. Jadinya, tidak ada alasan cemburu untuk ini.

7. Tanyakan selalu apa yang terjadi dengan isteri saat isteri bersikap diam. Isteri yang tiba-tiba diam tanpa alasan sebenarnya sangat ingin ditanyai tentang apa masalahnya. So, jangan ragu untuk mengatakan “Ada apa sayang? Kamu hari ini agak beda”.

 

Tidak heran, jika kita akan berkomentar bahwa hal-hal di atas sangat sepele dan sebenarnya tidak perlu dilakukan. Well, asal tahu saja, itu adalah pendapat kaum laki-laki. Tapi untuk kaum perempuan, hal-hal sepele, itu adalah pemecah permasalahan kecemburuan yang menurut kaum laki-laki tidak beralasan itu.

 

Apabila dengan berbagai macam cara, tapi isteri tetap saja cenburuan, Ingsya Alloh, kalau sudah diwayuh, isteri yang begini ini kecemburuannya akan teredam, kapok. Karena wanita yang dicemburui sudah tidak ada lagi, kini sudah menjadi istri yang sah, nggak pantas dicemburui, karena statusnya sudah sama, yaitu sama-sama menjadi istri yang sah, punya hak yang sama. Yang ada tinggal persaingan ketat. Saling mempercantik diri, mencari perhatian suami dengan berbagai macam cara dan gaya. Apalagi kalau Alloh Ta’alaa sudah menghendaki musim poligami, kalau suaminya belum wayuh, maka isteri akan merasa salah memilih suami, karena ternyata suaminya tidak ditaksir oleh perempuan-perempuan lain, berarti suaminya bukan tipe seorang laki-laki yang diidolakan. Contoh saja Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, karena beliau diidolakan, maka banyak wanita yang ingin memilikinya, tapi hanya sebilan yang sukses menjadi isterinya. Begitu juga suami yang menjadi idola bagi banyak kaum perempuan, bila isterinya pergi karena tidak mau diwayuh, maka masih banyak orang perempuan yang antri kepingin menjadi isterinya dan siap untuk diwayuh/poligami. Oleh karena itu, bagi kaum suami, jauh-jauh sebelum musim berpoligami tiba, bersiap-siaplah membekali diri dengan ilmu poligami yang baik dan benar. Di sini tempat beberapa ilmu tentang berpoligami itu.

 

Seorang wanita yang statusnya adalah seorang isteri jika dia benar-benar ridho lillaahi Ta’ala kepada suaminya yang akan atau sudah berpoligami, itu berarti secara tulus dia telah memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada sesama wanita yang telah dianggapnya sebagai saudara iman adalah benar saudara lahir bathin dunia sampai akherat, dan berarti dia mau berbagi kebahagiaan dan kenikmatan dengan saudara imannya tersebut, yaitu agar sama-sama mempunyai sang suami, ada penanggung jawab dalam kehidupannya dan keluarganya. Dengan demikian saudaranya bisa terjaga dari maksiat, pelanggaran, dosa, harom sehingga sama-sama bisa masuk surga selamat dari neraka. Nach, itu baru yang disebut-sebut saudara iman lahir bathin dunia akherat! Di dalam Hadits Riwayat Imam Tirmidzi No. 2434, Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Demi Yang diriku di tangan-Nya, Kalian tidak bisa masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak terbilang beriman sehingga kalian saling mencintai (kasih-sayang)”.

 

Di dalam Hadits Shohih Bukhori No. 14, Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Salah satu kalian tidak terbilang beriman sehingga dia senang untuk saudaranya terhadap apa yang dia senang untuk dirinya”.

 

Seorang isteri yang ridho/ikhlash kalau suaminya berpoligami berarti dia benar-benar mengerti dan faham tentang hak suaminya, yaitu boleh beristeri lebih dari seorang wanita. Maka dia terbilang sebagai isteri yang thoat dan ta’dhzim kepada peraturan Alloh Ta’alaa Ta’alaa dan Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam serta kepada suaminya. Oleh karena itu dia layak mendapat pahala yang besar berupa surga, bahkan membandingi pahalanya kaum pria yang mati syahid dalam jihad fii sabiilillaah (di medan perang membela agama Alloh). Di dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Ketika seorang wanita mengerjakan sholat lima waktu, dan berpuasa pada bulan Romadhon, bisa menjaga farji (kemaluan)nya dan tho’at kepada suaminya maka dia masuk surga”.

 

Di dalam Hadits Ad-Dailami Juz 5 hal 399, dan Kanzil Umal Juz 16 hal 610, Ibni Abbas meriwayatkan ada seorang wanita yang bernama Layyinah datang kepada Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam kemudian ia berkata” Hai Rosululloh, aku adalah utusan para wanita, tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan kata-kataku melainkan mereka akan merasa senang sampai hari kiamat”. Alloh Ta’alaa itu Tuhannya kaum laki-laki dan wanita, Adam itu bapaknya kaum laki-laki dan kaum wanita, Hawa itu ibunya kaum laki-laki dan kaum wanita. Alloh Ta’alaa telah mewajibkan berjihad kepada kaum laki-laki, jika mereka mati, mereka mati syahid, dan jika mereka masih hidup maka mereka akan diberi rezeki (jarahan/hasil rampasan perang), Alloh Ta’alaa juga akan memberi pahala kepada mereka. Sedangkan kami ini adalah kaum wanita (yang bertugas) merawat orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka, maka apakah fahala yang bakal kami terima, ya Rosululloh? Lalu Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Wahai utusan para wanita, sampaikanlah kepada mereka yang kalian jumpai bahwa sesungguhnya tho’at kepada suami dan mengerti terhadap hak-hak suami membandingi semuanya itu”.

 

Seorang isteri yang bisa bersabar ketika suaminya akan atau sudah berpoligami berarti dia sedang mendapat cobaan dari Alloh Subhaanahu Wa Ta’alaa, itu berarti Alloh Ta’alaa mencintainya, karena itu Alloh Ta’alaa hendak membersihkan dosa-dosanya, memberi pahala yang besar, derajat surga yang tinggi di sesuaikan dengan besar dan beratnya cobaan yang diberikan Alloh Ta’alaa kepadanya. Di dalam Hadits Sunan Tirmidzi Juz 4 hal 602, Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Cobaan akan selalu datang menimpa orang iman laki-laki dan perempuan dalam dirinya, anaknya, dan hartanya sehingga dia berjumpa Alloh dengan tidak mempunyai dosa satu kesalahanpun”.

 

Di dalam Hadits Sunan Ibnu Majah Juz 2 hal 1328, Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Besarnya pahala itu disesuaikan dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Alloh jika mencintai suatu kaum maka Alloh memberi cobaan pada mereka. Maka barangsiapa yang merasa ridho/ikhlash dia pun mendapatkan keridhoan Alloh, dan barang siapa yang malah marah-marah maka dia akan mendapat murka Alloh”.

 

Wanita yang menjadi isteri kedua, ketiga atau keempat maka harkat dan martabatnya terangkat. Wanita yang sudah bersuami itu lebih terhormat ketimbang wanita yang masih hidup menjomblo; menggadis atau menjanda. Maka dari itu hendaknya sebagai isteri-isteri yang lebih muda bisa lebih menghormati isteri tua (isteri yang pertama) dan upayakan selalu ishlah dalam rumah tangganya.

 

Di dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad dengan kwalitas hadits hasan, Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Sejelek-jeleknya kalian adalah kalian yang masih bujangan/lajang (bahasa jawa: legan, belum punya isteri /belum punya suami) dan serendah-rendahnya orang mati di antara kalian adalah kalian yang mati masih lajang”.

 

Di dalam Hadits Riwayat Ibnu ‘Adiy dengan kwalitas hadits hasan, Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Sejelek-jeleknya kalian adalah kalian yang masih lajang. Dua roka’at orang dari yang sudah berkeluarga lebih baik daripada tujuh puluh roka’at dari selain yang sudah berkeluarga (bujang/gadis/janda/duda)”.

 

Di dalam Hadits Riwayat Tamam, Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Yang artinya: “Dua roka’atnya orang yang sudah berkeluarga nilainya lebih baik ketimbang delapan puluh dua roka’atnya orang yang masih lajang”.

 

 

Untuk tahu akan apa yang diinginkan isteri-isteri, kita juga harus selalu mendampingi mereka selama kita berada di sampingnya, seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Shollalloohu Alaihi Wasallam, yaitu membantu isterinya di dapur. Seorang figur pemimpin akan selalu dibutuhkan bagi isteri-isteri dan anak-anaknya, seberapa pun kuatnya mereka sebagai istri dan anak. Terutama sekali adalah isteri yang sangat membutuhkan suami untuk melampiaskan hawa nafsu seksnya dengan jalan yang benar, yaitu melakukan hubungan intim dengan suaminya sendiri, yang tidak dapat digantikan dengan yang lain (baik itu pisang, mentimun, apa pun namanya itu), menurut pandangan agama.

 

Sekali lagi, di sini saya tegaskan dan saya tekankan, bahwa kalau bicara wayuh atau poligami berarti bicara masalah qodar bukan bicara tentang perasaan. Dengan percaya adanya qodar atau takdir maka akan dapat menghilangkan susah kecil atau pun susah besar, misal bagi sang isteri yang mempunyai perasaan khawatir kalau suaminya akan berpoligami, dan bagi sang suami ketakutan tidak dapat berlaku adil dan merasa pesimis ‘tidak mungkin bisa wayuh’. Karena, iman akan selalu menyertai kita dalam setiap kondisi dan situasi, baik dalam keadaan sedang suka, duka maupun derita.

 

Kita sebagai ummat Nabi Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam dapat menerima dengan hati ridho, senang gembira terhadap bolehnya berpoligami itu tidak berarti kita harus berpoligami. Yang perlu kita pahami adalah berbicara ‘poligami’ berarti berbicara masalah ‘jodoh’, sedang jodoh itu masalah qodar dari Alloh Ta’alaa, takdir Ilaahi, itu sama dengan pada waktu kita menikah untuk yang pertama kali dulu, semata-mata karena jodoh dari Alloh Ta’alaa dan kita menerima itu. Waktu itu, kita dengan nada ringan berkata “Wong ini sudah menjadi jodoh saya, mau bagaimana lagi, ya sudah, saya terima, sudah qodar saya kok!”.

 

Tapi mengapa, untuk jodoh yang kedua atau ketiga atau ke empat, di antara kita masih ada yang tidak menganggapnya sebagai jodoh atau qodar dari Alloh Ta’alaa, malah menganggap bahwa itu hawa nafsu? Padahal yang sebenarnya adalah jika memang dalam hidupnya dia tidak ditakdirkan untuk berpoligami maka selama hidupnya dia bersama isteri yang pertamanya itu dan tidak mungkin dia berpoligami. Akan tetapi apabila Alloh Ta’alaa sudah mentakdirkan dia dalam hidup berumah tangganya berpoligami, maka tidak ada seorang pun laki-laki maupun perempuan yang dapat menolaknya. Ingat itu! Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam telah bersabda di dalam Hadits Shohih Muslim, yang berbunyi:

Yang artinya: “Alloh Yang Maha Tinggi telah menulis takdirnya semua makhluk 50.000 tahun sebelum Alloh menciptakan langit dan bumi. Dan Arsynya Alloh itu berada di atas air”.

 

Hati kita akan menjadi tenang, jiwa kita menjadi besar ketika kita dibuat pusing oleh urusan yang menyangkut poligami jika kita mau merenung sejenak tentang do’a-do’a kita yang pernah kita ucapkan dari Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi:

Yang artinya: “Ya Alloh, Tidak ada yang dapat menolak pada apa-apa yang telah Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak…”.

 

Kalau Alloh Ta’alaa sudah menulis takdirnya buat kita, bahwa di masa hidup kita nantinya akan mengawini satu atau dua atau tiga atau empat orang wanita, maka upaya apa pun untuk menggagalkannya akan sia-sia. Begitu juga bagi seorang wanita yang telah ditakdirkan dalam masa hidupnya akan mengalami kawin-cerai, itu pun bisa saja terjadi (bahasa Jawa: Yen uwis cinorek didadungono medot, dipalangono melumpat, dikurungono mbrosot) alias tidak akan bisa menghindar dari garis takdir, kecuali dengan cara berdo’a. Oleh karena itu sudah seyogianya kita belajar menerima kenyataan dan tidak lari dari kenyataan, apapun kenyataannya marilah kita sikapi dengan baik, arif, bijaksana dan karena Alloh Ta’alaa.

 

Para pembaca yang budiman. Di dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imroon, No. Surat: 3, Ayat: 14, Alloh Ta’alaa berfirman:

Yang artinya: “Di hiaskan (terasa indah) bagi manusia, hawa nafsunya senang terhadap wanita-wanita”.

 

Ayat di atas mengindikasikan bahwa yang namanya ‘manusia’ (laki-laki) itu sudah pasti merasa senang terhadap wanita atau mencintai terhadap wanita-wanita terutama yang cantik, dan hal yang seperti itu adalah sesuatu yang manusiawi sekali, lumrah dan wajar. Karena, dalam agama Islam ditanamkan satu sama lain supaya saling mencintai bila tidak berarti ia bukan orang muslim. Mencintai wanita dalam agama Islam adalah untuk mencari derajat yang tinggi di sisi Alloh Ta’alaa dalam rangka mengamalkan dalil kasih sayang sesama manusia, dan utamanya adalah menyayangi sesama orang iman, tapi bukan menyayangi atau mencintai untuk menodai. Hanya saja perasaan suka, senang, cinta, sayang kepada seorang wanita yang bukan isteri sendiri itu harus dibatasi, janganlah sampai berkembang menjadi cinta lama bersemi kembali “pacaran” atau cinta buta. Oleh karena itu, Alloh Ta’alaa memperingatkan kepada kita melalui firman-Nya di dalam Al-Qur’an, Surat Shood, No. Surat: 38, Ayat: 26, yang berbunyi:

Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Alloh”.

 

Ayat di atas merupakan lampu kuning, yang akan menjadi lampu merah bagi kita yang sudah punya isteri tapi masih menyimpan perasaan suka atau apapun istilahnya kepada wanita idaman lain (WIL). Maka, kalau tidak berhati-hati atau jika sampai salah perhitungan, gegabah, ceroboh, sembrono maka akibatnya akan patal, yaitu dapat memicu timbulnya pertengkaran dalam rumah tangga dan kalau sampai masing-masing pasangan dibakar emosi dan egois, boleh jadi hasil akhirnya dari pertengkaran itu adalah perceraian. Kalau sudah begitu, maka yang akan menjadi korbanya adalah anak-anak kita sendiri, masa depan buah hati kita. Cobalah kita camkan baik-baik firman Alloh Ta’alaa dalam Al-Qur’an, Surat: Al-Baqoroh, Ayat: 216, berikut ini:

Yang artinya: “Dan barangkali saja bila kamu membenci sesuatu padahah sesuatu yang kamu benci itu justru sangat baik buat kamu, barangkali juga kalian menyukai sesuatu padahal justru (akibatnya) sangat buruk bagi kamu. Dan Alloh-lah Yang Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”.

 

Jadikanlah artikel ini sebagai taushiyah atau mau’idhzoh, atau i’tibar. Bukan untuk bahan candaan.

 

Sumber: Subandi Baiturrahman

Tinggalkan komentar

8 Kebohongan Seorang Ibu [Renungan]

Ini hanyalah sebuah renungan kecil tentang kasih sayang seorang ibu..silahkan dibaca baek-baek… .

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
“Makanlah nak, Ibu tidak lapar” ———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:
“Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata:
“Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:
“Minumlah nak, Ibu tidak haus!” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap Sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, Dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kami pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat Kondisi keluarga yang semakin parah, Ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk Menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu berkata:
“Saya tidak butuh cinta” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata:
“Ibu masih punya uang” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian Memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika. Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku
“Ibu tidak terbiasa” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya Setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:
“Jangan menangis anakku, Ibu tidak sakit” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih Ibu”

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

 

Sumber: Haryo Rimawan

Tinggalkan komentar

Yang Manakah Kisah Cinta Sejati?

 
Saudara sekalian, tahukah kalian arti CINTA SEJATI ? Apakah kalian pernah mendengar atau mengetahui kisah cinta Qais dan Laila atau kisah cinta Romeo dan Juliet ataukah Laila dan Majnun ?

Apakah kisah cinta seperti itu yang dikatakan sebagai kisah CINTA SEJATI ? Seperti yang sahabat ketahui bahwa kisah cinta mereka tidaklah berakhir di pelaminan bahkan rela mati demi cintanya….. Apakah patut dijadikan contoh?

Lalu, cinta seperti apakah yang dikatakan sebagai CINTA SEJATI. CINTA SEJATI antara dua insan adalah cinta yang terus abadi setelah diikat melalui pernikahan yang berlandaskan atas kecintaan mereka kepada Sang Pemilik Cinta yaitu Allah SWT. Walaupun salah satu meninggal, namun cinta sejati ini terus saja abadi. Kisah cinta siapakah yang begitu indah ini ?

Kisah cinta yang paling indah ini siapa lagi yang memilikinya kalau bukan kisah cinta Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW kepada Khadijah.

Sungguh sebuah cinta yang mengagumkan, cinta yang tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah ? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar.”

Sambil menangis Rasulullah menjawab, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”

Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Saudaraku semua, apakah mungkin ada cinta seperti itu, yang dapat terus abadi setelah orang yang dicintai meninggal 14 tahun yang telah lewat ? Ya ada! Yaitu cinta ini tidak pernah didahului hubungan haram dan karena ketaatan kepada Allah menjadi dasar dalam rumah tangga ini. Rumah tangga yang selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah, bukan rumah yang digunakan untuk termakan rayuan setan.

Bagaimana pendapat kalian, sahabat muda sekalian, apakah kalian tidak ingin menjadikan rumah tangga kalian seperti ini ? Suami membaca Al-Qur’an bersama istrinya. Betapa agungnya ketika anak-anak mereka turut serta membaca Al-Qur’an.

Menjelang waktu Subuh tiba, si istri membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat Subuh dan sholat subuh berjamaah. Seperti apa rumah tanggaini ? Indah nian bukan ? Betapa manisnya, betapa indah cinta di dalam rumah tangga ini.

Cobalah, pasti kalian dapat menemukan segalanya berubah, cinta pun bertambah, dan Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kalian.

So, sahabat muda… Kapan kalian menikah?

Tinggalkan komentar

Janji Allah bagi Anda Yang Menikah

 
Inilah kabar gembira berupa janji Allah bagi orang yang akan menikah. Bergembiralah wahai saudaraku…

1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan l…aki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26)

Bila ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Hiduplah sesuai ajaran Islam dan Sunnah Nabi-Nya. Jadilah laki-laki yang sholeh, jadilah wanita yang sholehah. Semoga Allah memberikan hanya yang baik buat kita. Amin.

2. “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)

Sebagian para pemuda ada yang merasa bingung dan bimbang ketika akan menikah. Salah satu sebabnya adalah karena belum punya pekerjaan. Dan anehnya ketika para pemuda telah mempunyai pekerjaan pun tetap ada perasaan bimbang juga. Sebagian mereka tetap ragu dengan besaran rupiah yang mereka dapatkan dari gajinya. Dalam pikiran mereka terbesit, “apa cukup untuk berkeluarga dengan gaji sekian?”.

Ayat tersebut merupakan jawaban buat mereka yang ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena alasan ekonomi. Yang perlu ditekankan kepada para pemuda dalam masalah ini adalah kesanggupan untuk memberi nafkah, dan terus bekerja mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarga. Bukan besaran rupiah yang sekarang mereka dapatkan. Nantinya Allah akan menolong mereka yang menikah. Allah Maha Adil, bila tanggung jawab para pemuda bertambah – dengan kewajiban menafkahi istri-istri dan anak-anaknya – maka Allah akan memberikan rejeki yang lebih. Tidakkah kita lihat kenyataan di masyarakat, banyak mereka yang semula miskin tidak punya apa-apa ketika menikah, kemudian Allah memberinya rejeki yang berlimpah dan mencukupkan kebutuhannya?

3. “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

Bagi siapa saja yang menikah dengan niat menjaga kesucian dirinya, maka berhak mendapatkan pertolongan dari Allah berdasarkan penegasan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini. Dan pertolongan Allah itu pasti datang.

4. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar Ruum : 21)

5. “Dan Tuhanmu berfirman : ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’ “. (Al Mu’min : 60)

Tinggalkan komentar

Kebodohanku

 

“Ada dua nikmat yang kebanyakan mahusia itu terlupakan yaitu nikmat sehat dan sempat”, apakah ini yang sedang terjadi, ketika dua nikmat tersebut sedikit dicabut  manusia selalu mengeluh, akan tetapi ketika ada dua nikmat tersebut manusia beralasan, apakah ini yang diterangkan dalam Al-Qur’an “telah Aku (Allah) dalam keadaan rewel”. Ataukah ini hanya kebodohan saja yang sulit di hilangkan, karena telah menjadi kebiasaan yang sukar tuk dibendung.  Sebenarnya ini hanyalah masalah yang sepele, namun begitu berakibat besar di dunia dan di akhirat. Apakah ini perktaan orang bijak “tak ada sejarahnya orang jatuh tersandung gunung, adanya orang jatuh tersandung kerikil kecil”, inikah yang yang di katakan oleh rosulullah SAW “janganlah kalian meremehkan kecil-kecilnya dosa, karena itu akan menjadi titik hitam di dalam hati, ketika orang itu bertaubat, hilanglah titik itu, bila mengulangi bertambahlah titik itu… al-hadits”.

Apakah ini yang bisa menjadi titik terang iblis, syetan dan tentara-tentaranya mempengaruhi manusia dan jin masuk kedalam neraka mengajak pada jalan sesat. Dan apakah ini yang bisa membuat seorang ulama yang begitu faqih, alim, taqwa kepada Allah yang bernama Barsisho masuk dalam jurang dosa besar berzina dan sampai membunuh, bahkan bayinya.

Dan apakah ini yang membuat salah seorang sahabat nabi Tsa’labah di cap oleh Allah hatinya dengan hati munafik, sampai-sampai zakatnya pun tak pernah diterima.

Apakah ini akibat dari kurangnya rasa syukur dan mutawari’ (hati-hati) dari dosa yang menjerumuskan ke sifat meremekan yang akhirnya menutupi hati yang telah putih ini menjadi hitam nan kelam, tak mau menerima nasihat, perintah, larangan, sepertinya masih dalam keimanan, namun ternyata telah tersesat jauh tanpa sadar.

Ingatlah:

  • Bersyukur
  • Mengagungkan
  • Mempersungguh
  • Berdoa

Tinggalkan komentar

Melatiku

Dulu pertama kali berteman
mereka adlh teman2 kakakku
senengnya hatiku karena dianggap teman, bukan sbg anak kecil ^_^

Ada yg bilang “jadilah engkau seperti kuntum mawar, indah dilihat tdk mudah di petik”

ada juga yg bilang “jgn jadi mawar krn ia berduri, tp jadilah seperti bunga melati krn dimanapun ia hidup selalu menebarkan wanginya”

Melati kuntumnya memang kecil

Melatipun kurang dapat perhatian dari orang-orang

Melati dpt tumbuh meski diantara semak belukar

Wangi khas melati akan tetap terindra walau sambil lalu..

Dan…

Ternyata melati bnyk bermanfaat…

Seperti juga halnya
“Pertemanan sederhana, bermanfaat, terasa lebih indah”

salam ukhwah…

By:Innalillahi InsyaAllah

Tinggalkan komentar

aHLI sURGA sePERTY apA??

DALIL TENTANG AHLI SURGA ITU PASTI BERAMAL DGN AMALANNYA AHLI SURGA___

~ssgx Allah yg maha tinggi ktk mnJadikan s’org hamba utk penghuni surga mk ALLAH akan mnJadikan hamba trsbt beramal dgn amalanx ahli surga mk sampai mati akan beramal ahli surga dan ALLAH akan memasukan hamba itu kdalam surga sebab amalanx itu.. & ktk ALLAH mnJadikan s’org hamba utk penghuni neraka mk ALLAH akan mnJadikan hamba trsbt dgn amalanx ahli neraka mk smpai mati akan beramal ahli neraka kmd ALLAH akn memasukan hamba trsbt kdalam neraka sebab amalanx itu~ HR.Abu Daud

Diantaranya:

#Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja ‘Si Ibu’ menginginkan, orang tersebut berta kpd, “Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Belum, setetespun engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu” [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Tinggalkan komentar