Menatap lengang jalanan yang tak berdengung
Membentang panjang begitu jauh tanpa lengkung
Perlahan menyeret langkah dengan wajah murung
Setengah fikir pun terhanyut maya, terus termenung
Telah biasa tak berteman di remang tak berujung
Hanya dengan rajutan mega hitam aku berpayung
Mata tak mampu merekam mentari diantara mendung
Bahagia tak lebih dari puing yang tak bisa di pulung
Hampir kalah oleh sakit yang buat raga mematung
Berhenti pada kegagalan menopang pijakan terhuyung
Lalu, di sela kepayahan, Kau hadir kuatkan relung
Menjadikan gurat di pipi kembali berhias lesung
Lama sudah dalam kesepian dunia aku terpasung
Terasing dari gelak tawa, pedih yang terus meraung
Lirih dawai-Mu membisik damai di tiap denyut jantung
Akhirnya pada pusaran kematian, seluruh duka ku larung
Mulai ku pahami indah liku jalan-Mu tuk buat ku lebih ulung
Menjejaki kehidupan dengan lajur keteguhan tiada terbendung
Jika satu cinta dari sesama hamba di ambil dan kisahnya di gulung
Jadi pengingat, rasa hati pada makhluk harusnya tak menggunung
Pelan mengiring diri ini kembali pada kasih yang Maha Agung
Percaya lagi bahwa wujud Cinta-Mu lah berlebih tak terhitung