Berlian dan Penyesalan..

4 orang pemuda yang sedang asyik bermain di depan sebuah gua, tiba-tiba terhentak dengan seruan dari dalam gua `masuklah kalian ke dalam gua, maka kalian akan beruntung`. 3 dari pemuda memutuskan untuk masuk setelah mendengar `iming-iming` keberuntungan, sedang sisanya pergi meninggalkan gua seraya berkata `saya tidak percaya`, padahal ke-3 pemuda temannya sudah mengajaknya bahkan terkesan memaksa untuk ikut masuk. Ketika didalam gua yang gelap gulita, terdengar kembali suara `duduklah di lantai gua dan ambilah sebanyak-banyaknya benda-benda kecil dan sedikit tajam yang ada disekelilingmu`.

Pemuda A mengambil hanya satu genggam tangannya saja, pemuda B selain menggenggam dengan kedua tangannya juga dimasukkan kedalam saku celana panjang yang di kenakannya, sedang pemuda C dengan berharap keuntungan yang besar, ia memasukkannya tidak hanya di dalam saku celana, bahkan bajunya pun dibuka dan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda tadi. Tidak berapa lama, mereka diminta keluar dari gua dan melihat apa yang telah dibawanya.

Pemuda A sangat menyesal, mengapa ia hanya mengambil satu genggam tangannya sedangkan tangan yang satu masih kosong. Demikian halnya dengan pemuda B yang menyesal mengapa ia tidak melakukan seperti pemuda C. Pemuda C pun menyesali dengan penyesalan yang begitu dalam, mengapa ia tidak ijin untuk keluar sebentar dan mengambil banyak karung untuk memasukkan ke dalamnya, karena ternyata benda kecil dan sedikit tajam tadi adalah `berlian`.

Demikianlah penyesalan hamba-hamba yang telah diberi hidayah dan nikmat keimanan yang telah diberi kesempatan hidup didunia lantas ia di tawarkan dengan keuntungan-keuntungan yang besar namun fikirian yang pendek telah membuat mereka menyesal kelak di kemudian hari. Menyesal karena tempat untuk beramal sebanyak-banyaknya didunia ini tidak digunakan semaksimal mungkin, padahal ganjaran yang telah dijanjikanNYA sungguh benar dan haq adanya. Pemuda C yang telah beramal banyak pun [dikiaskan dengan mengambil berlian yang begitu banyak] menyesal, karena ia pada dasarnya masih memiliki waktu dan kesempatan untuk beribadah namun tidak dilakukannya. Begitu pun dengan pemuda B. Adapun pemuda A adalah hamba yang paling menyesal diantara ketiganya, karena ia lah hamba yang menduduki surga terendah dihadapanNYA.

Ketika ketiga pemuda tadi akan memasuki tempat `kebahagiaan` yang kekal, seraya terhentak dan berhenti sejenak memikirkan bagaimana nasib pemuda D temannya yang telah dipaksa `masuk gua` namun memilih untuk pergi bahkan dengan tegasnya menolak `barang haq` yang telah ditawarkannya? Sugguh ia orang yang paling rugi karena akan bertempat di neraka.

Demikianlah kisah hidup manusia didunia, tat kala ada di antara teman kita yang kita gauli lantas menawarkan `kebaikan dan mengajak pada kebahagiaan yang kekal`, dengan serta merta menolak bahkan berani mengatakan `ibadah yang kau lakukan adalah sesat` tanpa memfilter terlebih dahulu dengan sandaran-sandaran dalil yang ada. Bersenanglah engkau yang mau menerima dan mengerjakan `ajakan kebaikan` yang ditawarkan, dan berbahagialah engkau yang telah diberi `keridhoan` hati untuk mengajak teman-teman disekelilingmu pada `ajakan kebaikan`. Mari merenungi diri sendiri, apakah kita sudah cukup pantas untuk dikatakan sebagai hamba yang bisa diberikan `kenikmatan kekal` kelak dikemudian hari….

sumber:  Kanza Dara Avivah

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar